Senin, 02 Juni 2014

OPC dan APC

Analisis Perancangan Kerja

       Selama satu kali dua puluh empat jam, sejak manusia pertama ada sampai sekarang, manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya kerja, apapun maksud dan motivasinya. Namun demikian, tidak ada satu definisi yang sama tentang kerja. Para ahli pun mendefiniskan kerja dalam berbagai bentuk. Berikut ini adalah definisi kerja menurut para ahli

1.     Neff dalam Sutalaksana (1979) mendefinisikan kerja  sebagai:
“Kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan  yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya.”

2.     Miller (1967):
“Any set of activities occurring about the same time, sharing some common purpose that is recognized by a task performer”.

3.     Bennet (1971):
“generally speaking, any kind of behaviour that can reasonably be labeled with a verb can be called a task”.

4.     Teicher and Whitehead (1973):
“a transfer of information between components (within a system).”

5.     Rajan and Wilson (1997):
“a task has a set goal and is purposive and that is achieved by an action (cognitive or physical in nature).”

     Terlepas dari berbagai definisi di atas, pengertian kerja sebenarnya sangatlah luas. Hampir semua aktivitas manusia bisa kita sebut sebagai ‘kerja’, apapun motif atau tujuannya. Perluasan motif atau tujuan itu terjadi karena tidak semua manusia bekerja semata-mata untuk mempertahankan hidupnya. Ada manusia yang bekerja untuk mencari nafkah atau makan sehari-hari, ada manusia yang bekerja supaya dapat bertemu dengan orang lain, ada pula orang yang bekerja karena ingin memperoleh kepuasaan tertentu seperti artis atau seniman, dan sebagainya.
Kerja dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berikut ini adalah macam-macam bentuk kerja yang sering dilakukan manusia:
  1. Kerja fisik berat, (seperti: mencangkul, mengangkat beban).
  2. Kerja fisik moderat, (seperti: memegang suatu beban)
  3. Psycho-motor skills, (seperti: merakit, mengetik).
  4. Vigilance skills, (seperti: inspeksi, radar).
  5. Diagnosis, (seperti: fault recognition).
  6. Decision making, (seperti: goal programming, dll).
  7. Reasoning / problem solving
  8. Kreativitas: seni, desain
  9. Kombinasi, dll.

Definisi Analisis Perancangan Kerja (APK)

     Pada awal berdirinya Teknik Industri, keilmuan Analisis Perancangan Kerja (APK) masih bernama Methods Engineering atau dulu di Indonesia disebut sebagai Teknik Tata Cara Kerja (TTCK). Sutalaksana dkk (1979) mendefinisikan Teknik Tata Cara Kerja ini sebagai suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik.
Oleh karena itu, APK adalah ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang terdiri dari manusia, mesin, material, dan peralatan kerja serta lingkungan kerja agar sistem kerja tersebut efektif dan efisien.

Tujuan dari Analisis Pengukuran Kerja

     Tujuan APK adalah menghasilkan suatu sistem kerja yang ENASE yaitu efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Maksud dari tujuan ini adalah bahwa dengan diterapkannya APK diharapkan sistem kerja yang dirancang efektif yakni mampu menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, nyaman, aman, dan sehat bagi pekerja dan orang-orang yang berada di sekitar lingkungan tempat kerja itu berlangsung, serta efisien dalam arti bahwa biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu kecil nilainya dibanding dengan output yang dihasilkan.
Ruang Lingkup APK

1.   Lingkup Teknis
   Perubahan teknologi yang semakin cepat serta level teknologi yang semakin kompleks, di satu sisi menyebabkan ketergantungan manusia pada alam semakin berkurang serta berbagai keuntungan lainnya yang bermanfaat bagi industri manufaktur. Namun di sisi yang lain, perubahan ini juga menyebabkan ketergantungan manusia pada teknologi itu sendiri, sehingga efektivitas sistem secara keseluruhan sebenarnya tidak terlalu banyak berpengaruh. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan yang lebih komprehensif dengan penekanan pada aspek manusia sebagai komponen sistem yang paling utama (Aspek Ergonomi).

2.    Lingkup Organisasi
     APK menyangkut desain dan analisis berbagai jenis pekerjaan. Baik pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh perorangan, dengan kontrol individu, maupun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara berkelompok, yang membutuhkan koordinasi dan tipe pengontrolan yang berbeda-beda. Kedua jenis pekerjaan di atas tentu saja memiliki sifat dan ciri yang berbeda, sehingga di dalam analisisnya pun membutuhkan pendekatan atau metode yang berbeda pula. Hal ini diakomodir oleh berbagai pengetahuan dan teknik yang terlingkupi oleh keilmuan APK dan E.

3.   Lingkup Legalitas
   Meningkatnya aturan-aturan atau legislasi memberikan berbagai dampak bagi pekerja. Jam kerja maksimum, upah minimum, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena semakin disadarinya peran penting manusia di dalam sistem kerja dan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan APK dan Ergonomi, serta munculnya upaya-upaya untuk lebih me’manusia’kan manusia di dalam sistem kerja ini.

4.   Lingkup Sosial dan Politik
     Ketidakstabilan dan semakin mahalnya ongkos pekerja terutama di negara-negara maju membuat tekanan bagi dunia usaha untuk lebih memperhatikan aspek pekerja ini.

5.   Lingkup Finansial
     Pilihan-pilihan yang muncul di dalam penerapan prinsip-prinsip APK seringkali harus berhadapan dengan keterbatasan finansial suatu perusahaan. Penerapan APK di satu sisi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja dan perusahaan pada jangka panjang, namun untuk pelaksanaannya juga membutuhkan investasi.

Keuntungan yang Didapat dengan Menerapkan Keilmuan APK
1.     Waktu kerja yang semakin pendek
Jumlah output per hari yang semakin tinggi menyebabkan ongkos per produk yang semakin kecil, sehingga secara keseluruhan ongkos produksi menurun.

2.     Produktivitas yang lebih tinggi melalui upah perangsang
Upah perangsang akan menyebabkan pekerja semakin bergairah, sehingga dicapai produktivitas yang semakin tinggi pula.

3.     Perbaikan sistem kerja
Perbaikan sistem kerja dapat dilakukan dan diterapkan pada berbagai komponen dan interaksi antar komponen sistem.

4.     Penjadwalan produksi
Dibakukannya waktu operasi di setiap stasiun kerja memungkinkan kita untuk menjadwalkan produksi di tingkat shopfloor.

5.     Pengaturan pembebanan dan line balancing
Beban kerja pada setiap stasiun dapat diatur dan diseimbangkan berdasarkan berbagai informasi tentang waktu operasi, beban kerja fisik, maupun mental yang diterima pekerja.

6.    Pengaturan tata letak dan lintasan kritis
Untuk merancang atau mengatur tata letak suatu pabrik baik itu manufaktur ataupun fasilitas jasa, dibutuhkan informasi yang cukup tentang perancangan proses kerja, pengaturan dan pengukuran waktu kerja, keterkaitan antar berbagai aktivitas, dan lain-lain.

 APK dalam Keilmuan Teknik Industri


    Keilmuan APK, dilihat dari sejarahnya, merupakan cikal bakal disiplin Teknik Industri. Apa yang dilakukan oleh para pendahulu Teknik Industri seperti Taylor dengan Time Study-nya, pasangan suami istri Gilbreth dengan Studi Gerak dan hubungan antar pekerja, merupakan dasar-dasar perancangan sistem kerja. Penerapan keilmuan APK dalam suatu sistem produksi, juga tidak terlepas dari berbagai ilmu lain dalam Teknik Industri. Kesemuanya ini berinteraksi untuk mengoptimalkan sistem integral yang terdiri dari manusia, material, mesin, peralatan, uang dan informasi.



OPC

Menurut Wignjosoebroto (2006), peta proses operasi (operation process chart) atau disingkat OPC adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara detail. Sutalaksana (1979) berpendapat bahwa peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan dalam urutan-urutannya sejak awal sampai menjadi produk utuh maupun sebagai bahan setengah jadi. Jadi dapat dikatakan peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan memuat informasi yang diperlukan untuk analisis lebih lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan mesin yang dipakai.
Informasi-informasi yang dicatat melalui peta proses operasi ini memiliki banyak kegunaan. Kegunaan tersebut antara lain dapat mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya, memperkirakan kebutuhan material, membantu menentukan tata letak pabrik, serta untuk pelatihan kerja.
Langkah pembuatan :
a.  Pertama-tama pada baris paling atas dituliskan “Peta Proses Operasi” yang dilanjutkan oleh identifikasi lain seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor peta, dan nomor gambar.
b.  Material yang akan diproses diletakkan diatas garis horizontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
c.  Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses.
d.  Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan, untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
e. Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

Contoh Operation Process Chart (OPC)



APC

Assembly Process Chart (APC) menurut Sutalaksana (1979)merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. APC atau peta proses perakitan memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat menentukan kebutuhan operator, mengetahui kebutuhan tiap komponen, untuk menentukan tata letak fasilitas, dan membantu menentukan perbaikan cara kerja.


Contoh Assembly Process Chart (APC)