Analisis Perancangan Kerja
Selama satu kali dua puluh empat jam, sejak manusia pertama ada sampai
sekarang, manusia tidak pernah terlepas dari yang namanya kerja, apapun maksud
dan motivasinya. Namun demikian, tidak ada satu definisi yang sama tentang
kerja. Para ahli pun mendefiniskan kerja dalam berbagai bentuk. Berikut ini adalah
definisi kerja menurut para ahli
1. Neff dalam Sutalaksana
(1979) mendefinisikan kerja sebagai:
“Kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam
lingkungan yang ditujukan untuk
mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya.”
2. Miller (1967):
“Any set of activities occurring about the same time, sharing some
common purpose that is recognized by a task performer”.
3. Bennet (1971):
“generally speaking, any kind of behaviour that can reasonably be
labeled with a verb can be called a task”.
4. Teicher and Whitehead
(1973):
“a transfer of information between components (within a system).”
5. Rajan and Wilson (1997):
“a task has a set goal and is purposive and that is achieved by an
action (cognitive or physical in nature).”
Terlepas dari berbagai definisi di atas, pengertian kerja sebenarnya
sangatlah luas. Hampir semua aktivitas manusia bisa kita sebut sebagai ‘kerja’,
apapun motif atau tujuannya. Perluasan motif atau tujuan itu terjadi karena
tidak semua manusia bekerja semata-mata untuk mempertahankan hidupnya. Ada
manusia yang bekerja untuk mencari nafkah atau makan sehari-hari, ada manusia
yang bekerja supaya dapat bertemu dengan orang lain, ada pula orang yang
bekerja karena ingin memperoleh kepuasaan tertentu seperti artis atau seniman,
dan sebagainya.
Kerja dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Berikut ini adalah
macam-macam bentuk kerja yang sering dilakukan manusia:
- Kerja fisik berat, (seperti: mencangkul, mengangkat beban).
- Kerja fisik moderat, (seperti: memegang suatu beban)
- Psycho-motor skills, (seperti: merakit, mengetik).
- Vigilance skills, (seperti: inspeksi, radar).
- Diagnosis, (seperti: fault recognition).
- Decision making, (seperti: goal programming, dll).
- Reasoning / problem solving
- Kreativitas: seni, desain
- Kombinasi, dll.
Definisi Analisis Perancangan Kerja (APK)
Pada awal berdirinya Teknik Industri, keilmuan Analisis Perancangan
Kerja (APK) masih bernama Methods Engineering atau dulu di Indonesia disebut
sebagai Teknik Tata Cara Kerja (TTCK). Sutalaksana dkk (1979) mendefinisikan
Teknik Tata Cara Kerja ini sebagai suatu ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip
dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik.
Oleh karena itu, APK adalah ilmu yang terdiri dari prinsip-prinsip dan
teknik-teknik untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem kerja yang
terdiri dari manusia, mesin, material, dan peralatan kerja serta lingkungan
kerja agar sistem kerja tersebut efektif dan efisien.
Tujuan dari Analisis Pengukuran Kerja
Tujuan APK adalah menghasilkan suatu sistem kerja yang ENASE yaitu
efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Maksud dari tujuan ini adalah bahwa
dengan diterapkannya APK diharapkan sistem kerja yang dirancang efektif yakni
mampu menghasilkan output sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, nyaman, aman,
dan sehat bagi pekerja dan orang-orang yang berada di sekitar lingkungan tempat
kerja itu berlangsung, serta efisien dalam arti bahwa biaya yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu kecil nilainya dibanding dengan
output yang dihasilkan.
Ruang Lingkup APK
1. Lingkup Teknis
Perubahan teknologi yang semakin cepat serta level teknologi yang
semakin kompleks, di satu sisi menyebabkan ketergantungan manusia pada alam
semakin berkurang serta berbagai keuntungan lainnya yang bermanfaat bagi
industri manufaktur. Namun di sisi yang lain, perubahan ini juga menyebabkan
ketergantungan manusia pada teknologi itu sendiri, sehingga efektivitas sistem
secara keseluruhan sebenarnya tidak terlalu banyak berpengaruh. Oleh karena itu
diperlukan suatu pendekatan yang lebih komprehensif dengan penekanan pada aspek
manusia sebagai komponen sistem yang paling utama (Aspek Ergonomi).
2. Lingkup Organisasi
APK menyangkut desain dan analisis berbagai jenis pekerjaan. Baik
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh perorangan, dengan kontrol individu,
maupun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara berkelompok, yang membutuhkan
koordinasi dan tipe pengontrolan yang berbeda-beda. Kedua jenis pekerjaan di
atas tentu saja memiliki sifat dan ciri yang berbeda, sehingga di dalam
analisisnya pun membutuhkan pendekatan atau metode yang berbeda pula. Hal ini
diakomodir oleh berbagai pengetahuan dan teknik yang terlingkupi oleh keilmuan
APK dan E.
3. Lingkup Legalitas
Meningkatnya aturan-aturan atau legislasi memberikan berbagai dampak
bagi pekerja. Jam kerja maksimum, upah minimum, dan lain-lain. Hal ini
disebabkan karena semakin disadarinya peran penting manusia di dalam sistem
kerja dan berbagai keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan APK dan
Ergonomi, serta munculnya upaya-upaya untuk lebih me’manusia’kan manusia di
dalam sistem kerja ini.
4. Lingkup Sosial dan Politik
Ketidakstabilan dan semakin mahalnya ongkos pekerja terutama di
negara-negara maju membuat tekanan bagi dunia usaha untuk lebih memperhatikan
aspek pekerja ini.
5. Lingkup Finansial
Pilihan-pilihan yang muncul di dalam penerapan prinsip-prinsip APK
seringkali harus berhadapan dengan keterbatasan finansial suatu perusahaan.
Penerapan APK di satu sisi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja
dan perusahaan pada jangka panjang, namun untuk pelaksanaannya juga membutuhkan
investasi.
Keuntungan yang Didapat dengan Menerapkan Keilmuan APK
1. Waktu kerja yang semakin
pendek
Jumlah output per hari yang semakin tinggi menyebabkan ongkos per produk
yang semakin kecil, sehingga secara keseluruhan ongkos produksi menurun.
2. Produktivitas yang lebih
tinggi melalui upah perangsang
Upah perangsang akan menyebabkan pekerja semakin bergairah, sehingga
dicapai produktivitas yang semakin tinggi pula.
3. Perbaikan sistem kerja
Perbaikan sistem kerja dapat dilakukan dan diterapkan pada berbagai
komponen dan interaksi antar komponen sistem.
4. Penjadwalan produksi
Dibakukannya waktu operasi di setiap stasiun kerja memungkinkan kita
untuk menjadwalkan produksi di tingkat shopfloor.
5. Pengaturan pembebanan dan
line balancing
Beban kerja pada setiap stasiun dapat diatur dan diseimbangkan berdasarkan
berbagai informasi tentang waktu operasi, beban kerja fisik, maupun mental yang
diterima pekerja.
6. Pengaturan tata letak dan
lintasan kritis
Untuk merancang atau mengatur tata letak suatu pabrik baik itu
manufaktur ataupun fasilitas jasa, dibutuhkan informasi yang cukup tentang
perancangan proses kerja, pengaturan dan pengukuran waktu kerja, keterkaitan
antar berbagai aktivitas, dan lain-lain.
APK dalam Keilmuan Teknik Industri
Keilmuan APK, dilihat dari sejarahnya, merupakan cikal bakal disiplin
Teknik Industri. Apa yang dilakukan oleh para pendahulu Teknik Industri seperti
Taylor dengan Time Study-nya, pasangan suami istri Gilbreth dengan Studi Gerak
dan hubungan antar pekerja, merupakan dasar-dasar perancangan sistem kerja.
Penerapan keilmuan APK dalam suatu sistem produksi, juga tidak terlepas dari
berbagai ilmu lain dalam Teknik Industri. Kesemuanya ini berinteraksi untuk
mengoptimalkan sistem integral yang terdiri dari manusia, material, mesin,
peralatan, uang dan informasi.
OPC
Menurut
Wignjosoebroto (2006), peta proses operasi (operation process chart) atau
disingkat OPC adalah peta kerja yang menggambarkan urutan kerja dengan jalan
membagi pekerjaan tersebut ke dalam elemen-elemen operasi secara detail. Sutalaksana
(1979) berpendapat bahwa peta proses operasi menggambarkan langkah-langkah
operasi dan pemeriksaan yang dialami bahan dalam urutan-urutannya sejak awal
sampai menjadi produk utuh maupun sebagai bahan setengah jadi. Jadi dapat
dikatakan peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dan memuat informasi yang diperlukan untuk analisis lebih
lanjut, seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan mesin yang
dipakai.
Informasi-informasi
yang dicatat melalui peta proses operasi ini memiliki banyak kegunaan. Kegunaan
tersebut antara lain dapat mengetahui kebutuhan mesin dan penganggarannya,
memperkirakan kebutuhan material, membantu menentukan tata letak pabrik, serta
untuk pelatihan kerja.
Langkah
pembuatan :
a. Pertama-tama pada baris paling atas
dituliskan “Peta Proses Operasi” yang dilanjutkan oleh identifikasi lain
seperti nama objek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor peta, dan nomor
gambar.
b. Material yang akan diproses diletakkan diatas
garis horizontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam
proses.
c. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah
vertikal, yang menunjukkan terjadinya perubahan proses.
d. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi
diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan, untuk
pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
e.
Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan
prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.
Contoh
Operation Process Chart (OPC)
APC
Assembly
Process Chart (APC) menurut Sutalaksana (1979)merupakan peta yang menggambarkan
langkah-langkah proses perakitan yang akan dialami komponen berikut
pemeriksaannya dari awal sampai produk jadi selesai. APC atau peta proses
perakitan memiliki beberapa manfaat diantaranya dapat menentukan kebutuhan
operator, mengetahui kebutuhan tiap komponen, untuk menentukan tata letak
fasilitas, dan membantu menentukan perbaikan cara kerja.
Contoh
Assembly Process Chart (APC)